ALKAYISU, GURU SEBAGAI CERMIN TETAP HARUS BERCERMIN



ALKAYISU, GURU SEBAGAI CERMIN TETAP HARUS BERCERMIN

Oleh : Inah Enceu, S.Pd 

Alkayisu artinya orang pintar yaitu orang yang meneliti pada dirinya dan beramal pada apa-apa untuk sesudah mati . Sebagai guru harus pintar, pintar meneliti dan pintar beramal . Amal apa saja ? Amal apa saja tentunya amal yang baik . Amal yang baik akan kita jumpai balasannya setelah kita mati .

Guru sebagai cermin, terutama untuk bercerminnya peserta didik. Tidak menutup kemungkinan , bahkan besar kemungkinan dipakai bercermin oleh masyarakat sekitar. Ibarat cermin, guru harus senantiasa terlihat bersih sehingga orang-orang yang bercermin merasa nyaman dan merasa percaya diri setelah bercermin. Bersih dalam arti bersih di luar dan bersih di dalam. Bersih di luar akan tampak, tetapi untuk tampak dari dalam sangatlah tidak gampang karena cermin hati baru bisa tampak jika sudah berbuat, bertingkah laku melalui ucapan dan amal ( perbuatan ).

Sebagai  cermin, guru harus senantiasa sesering mungkin untuk membersihkannya yaitu dengan sering meneliti pada diri sendiri. Apa yang telah  dilakukan hari ini ? Benar atau tidak yang telah dilakukan ? Berapa banyak kesalahan yang telah diperbuat ? Dari situ kita mulai menghitung , koreksi diri sendiri niscaya cermin  hati tetap terjaga kebersihannya.

Sebagai  cermin, guru harus tetap bercermin. Kepada siapa guru bercermin? Kepada siapa pun yang dianggap oleh kita dan orang lain baik. Terutama bercermin kepada Junjungan kita karena telah sempurna semua tingkah laku Beliau untuk kita tiru, selagi kita mampu melaksanakannya. Kepada orang yang lebih tua, kepada teman kita, kepada anak kecil.

Sebagai  cermin, guru mutlak memiliki sifat-sifat dan perbuatan yang baik di antaranya :

1.    Pintar

2.    Tidak sombong

3.    Berbudi pekerti yang baik

4.    Sabar, tidak mudah marah

5.    Lemah lembut

6.    Penyayang

7.    Bersyukur

1.    Pintar

         Sebagai  cermin, guru harus pintar. “Alkayisu man daana nafsahu wa ‘amila limaa ba’dalmauti ....” Orang pintar adalah orang yang meneliti / menghitung pada dirinya dan beramal pada apa-apa untuk sesudah mati. Berusaha menjadi orang pintar dengan berbagai cara , sudah barang tentu setelah  meneliti apa yang kita memiliki ( ilmu ) , apakah amalan kita cukup? Semakin kita meneliti maka semakin merasa kurang . Mencari dan menambah ilmu sudah menjadi keharusan bagi guru apalagi sudah ada undang-undang dan peraturannya . Jauhkan perbuatan yang mengarah pada kebodohan . “... wal ‘ajizu man atba’a nafsahu hawaahaa tsumma tamanna ‘alallohi .” Dan orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti pada dirinya , pada hawa nafsunya kemudian berangan-angan ( mengharapkan pertolongan  ) atas Alloh . HR. Ibni Majah kitabu jihad juz 2 shohifah 1423. Orang bodoh selalu mengerjakan sesuatu menurut kata hatinya tanpa mempertimbangkan baik buruknya , hanya berharap Alloh pasti menolong , bagaimana nanti bukan nanti bagaimana. Seorng guru harus alkayisu.


2.      Tidak sombong

         Sebagai  cermin, guru tidak boleh sombong . “... alkibru bathorulhaqqi wa gomthunnasi .” Adapun orang yang sombong adalah menolak pada barang yang benar dan meremehkan manusia. HR. Muslim kitabu iman juz 1. Guru jangan sampai melakukan kesombongan yaitu menolak barang yang haq ( benar ) dari mana pun  dan dari siapa pun tidak memandang siapa orang yang mengatakannya. Alangkah baiknya memperhatikan apa yang dikatakannya. Tidak boleh meremehkan manusia. Jangan malu bercermin pada anak kecil, sebagai contoh bercermin kepada peserta didik. Menurut pengalaman saya bercermin kepada anak kecil sangat menyenangkan. Kita harus pandai meraih prestasi dan tidak terlalu atau sebisa mungkin jangan mempertahankan prestise sebelum kita menyesal di kemudian.


3.    Berbudi pekerti yang baik

        Sebagai  cermin, guru harus berbudi yang baik . “Innal mu’mina layudriku bihusni khuluqihi darojatash-shooimil qoimi.” Sesungguhnya orang iman niscaya menjumpai dengan bagus budi pekertinya derajat orang yang puasa, orang sholat sunah ( terus menerus ) . HR. Abu Dawud kitabu adab . Orang iman itu nanti akan mendapat pahala karena baik budi pekertinya pahalanya itu sama seperti orang yang berpuasa dan orang yang sholat sunah terus menerus . Budi pekerti yang baik kita akan bisa pakai untuk pendekatan terhadap peserta didik. Budi pekerti kita akan dijadikan acuan oleh peserta didik.


4.    Sabar , tidak mudah marah

                 Sebagai  cermin, guru harus sabar dan tidak mudah marah . Seperti telah kita ketahui dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh : 153. “Ista ‘iinuu bish-shobri wash-sholati innallohi ma’ash-shobiriin . Artinya : “ ... minta tolonglah kalian dengan sabar dan sholat sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar.” Guru yang sabar akan disertai oleh Alloh diridoi oleh Alloh. Walaupun untuk bisa bersabar kita terkadang susah untuk menerima apa yang sedang terjadi. Di dalam hati terkadang timbul rasa kesal, keinginan untuk mengungkapkan kekesalan , bisa menimbulkan kemarahan yang besar. Sedapat mungkin kita harus bisa.


5.    Lemah lembut

        Sebagai  cermin, guru senantiasa harus lemah lembut. Lemah lembut dalam arti tutur kata dan perilaku , tetapi tetap tegas dan disiplin. Firman Alloh dalam Al-Qur’an : “Fabimaa rohmatin minallohi lintalahum walau kunta fadhon gholidhol qolbi lantadluu min haulika, ...” Ali Imron : 159. Artinya : “Maka sebab rohmat dari Alloh lemah lembut Engkau Muhammad seandainya kamu kejam , keras hati niscaya bubar dari sekitar Engkau.” Dalam hal ini kita bercermin kepada Nabi bahwa sifat Nabi yang lemah lembut harus kita tiru, dan berusaha untuk tidak kejam, berusaha untuk tidak keras hati . Seandainya guru kejam , keras hati niscaya bukan hanya peserta didik saja yang menanggung akibatnya, tetapi orang lain juga akan dirugikan , kemungkinan mereka bubar karena tidak betah. Orang yang keras hati susah untuk dinasehati , jangankan oleh orang lain oleh diri sendiri pun belum tentu bisa. Sebagai guru harus bisa menasehati diri sendiri , karena orang pertama yang menyayangi diri kita adalah kita sendiri. Kejam, keras hati biasanya pasangannya sombong, karena orang yang lemah lembut tidak pernah sombong. Sombong dalam arti menolak barang haq ( benar ) dan meremehkan manusia.  

Guru sebagai  cermin tidak boleh meremehkan peserta didik. Jika meremehkan mereka , mereka akan meremehkan kita.


6.    Penyayang

       Sebagai  cermin, guru harus mempunyai sifat penyayang. Amalkanlah ilmu kita kepada siapa pun jangan membeda-bedakan peserta didik dan statusnya. Walaupun terkadang karakter mereka ada yang ingin selalu disayang , ada yang ingin menyendiri , ada yang senang dipuji , ada yang kelewat manja dan lain-lain. Sayang kita harus diberikan kepada semua peserta didik, kalau tidak , sebagian dari mereka ada yang cemburu , merasa dianaktirikan . Mereka merasa bosan dengan kita sehingga tidak mau atau asal-asalan berperan aktifnya terutama pada saat KBM. Sabda Nabi :”Bukan golonganku orang yang tidak menyayangi anak kecil kami ...” HR. Tirmidi Abwabu Washolah 108.” Jadi  orang yang tidak menyayangi anak kecil bukan golongan Nabi. Dalam hal ini guru menyayangi bukan hanya anak kecil anaknya sendiri tetapi juga seluruh peserta didik adalah anaknya. Berusahalah sebagai orang tua yang baik agar mereka menghormati, mentaati , meniru kita , alhasil mereka benar-benar bercermin kepada kita.


7.    Bersyukur

      Sebagai cermin , guru harus pandai bersyukur. Sabda Nabi : “Man lam yasykurin nasi lam yasykurolloha.” Artinya : “Barang siapa yang tidak syukur kepada manusia maka tidak syukur kepada Alloh.” HR. Tirmidi juz 8 shohifah 133 . Sebagai guru kita harus senantiasa bersyukur  , bersyukur seperti sabda Nabi. Jadi harus selalu bersyukur kepada sesama manusia, karena bersyukur kepada sesama manusia berarti bersyukur kepada Alloh . Syukur bisa berupa ucapan, tingkah laku, atau perbuatan , atau memberikan hadiah. Sebagai guru harus selalu bersyukur kepada siapapun terutama kepada peserta didik. Mereka akan merasa senang jika kita selalu mengucapkan terima kasih apalagi jika ditambah sayang , cantik , manis, terima kasih cantik.

Pemberian hadiah merupakan kegiatan dalam pembelajaran pada waktu KBM sedang berlangsung. Pemberian hadiah bisa beragam bentuknya misalnya tepuk tangan, pemberian kenang-kenangan yang berguna, atau yang nilainya tinggi pulang duluan. Dengan bersyukur kita guru akan bisa senantiasa menjaga cermin hati kita untuk tetap bersih dan bisa dipakai bercermin setiap saat , kita atau orang lain yang ingin bercermin kepada kita.

                                                                                               Lembang, 9 April 2010

Mengetahui,                                                                                       Penulis

Kepala SDN 1 Cibodas



Hj. Ade Sunarsah, S.Pd                                                          Inah Enceu, S.Pd

NIP. 131 015 758                                                                   NUPTK.4252747651300013



Nama                              : Inah Enceu

Jenis Kelamin                  : Perempuan

Tempat, tgl. Lahir           : Bandung, 20 september 1969

Unit Kerja                       : SDN 1 Cibodas

Alamat Sekolah              : Jl. Maribaya Timur No. 100

                                          Kp. Buah Batu Ds. Cibodas Lembang 40391

                                          Bandung Barat

Alamat Rumah                : Kp. Areng RT 01 RW 07 Ds. Cibodas Lembang 40391

                                         Bandung Barat

Jabatan                            : Guru Honor     


Artikel Pendidikan ini berjudul :

“ALKAYISU, GURU SEBAGAI CERMIN TETAP HARUS BERCERMIN”

Dikirimkan ke : lppkguinsgd@gmail.com , pada bulan april 2010

Artikel hasil print/ teks dikirim ke panitia lomba penulisan artikel pendidikan pada tgl 11 April 2010, sebelum acara Seminar Pendidikan dimulai.

Publikasi tanggal 2 Mei 2010, selesai upacara hari Pendidikan Nasional di Kecamatan  Lembang Bandung Barat. Artikel ini meraih juara 1 se kabupaten Bandung Barat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FLAMBOYAN PALEBAH JALAN KA LÉMBANG Bagéan ka-7 PENCOK HIRIS KANGGO EMA

Cerpen : Serantang Bakso di Gerimis Hujan